18 January 2008

Ramah, Kunci Sukses Dalam Berdagang

Pada sekitar akhir desember 2007 lalu gw nemenin temen satu kostan gw, namanya Rey (nama samaran), ke BEC (Bandung Elektronik Center), Rey mau beli laptop dan gw sekalian mau beli mp3 player.

“Nu, lo tau jalannya kan?”, Rey bertanya dg perasaan cemas.

“Ya, tenang aja”, gw berusaha meyakinkan (padahal gw blom pernah kesana dari arah Buah Batu).

Akhirnya kami berangkat sekitar jam setengah tiga siang/sore, cuaca sedikit gerimis, naik angkot. Setelah naik beberapa angkot, sampailah kami di BEC. TATARATATAA.. Walaupun di jalan sedikit tegang, karena ga tau jalan. Oh iya, pas di perjalanan ada sesuatu yang blom gw ceritain, saat udah sampai di Kalapa (nama salah satu daerah di Bandung),

“Pa (supir) kalo mau naik angkot Kalapa-Dago turunnya dimana?”, gw nanya.

“Turun disini juga bisa, tuh angkotnya”, sambil menunjuk sebuah angkot.

Tiba-tiba Rey nyeletuk, “Pa, berhentinya di depan angkot itu aja! biar langsung naik!”.

Tak lama kemudian angkot yang dimaksud Rey pergi begitu saja, sebelum angkot kami melewatinya. Ooohhh (suara prihatin penonton). Ya jelaslah, jaraknya lumayan jauh. Ternyata Rey sangat tegang jikalau nanti-nanti tidak ada lagi angkot yg menuju Dago. Orang yang aneh.

“Tenang Rey, di belakang masih banyak”, gw menenangkan.

Masuklah kami ke dalam gedung BEC, dingin yang pertama terasa (ya iyalah, di luar lagi gerimis trus di dalem pake AC), muter-muter dah gw di dalem ma dia (Rey). Tujuan pertama adalah mencari laptop. Beberapa toko penjual laptop telah kami masuki, tetapi Rey belum menemukan laptop yang cocok untuknya, sampai akhirnya kami berlabuh di sebuah toko dengan penjaga yang cukup cantik (mendekati kurang), dan Rey pun kepincut oleh mba-mba tsb (baca : Fiktif). Akhirnya dia beli laptop di toko tsb.

Oke, sekarang giliran gw yg belanja. Gw kunjungi tiap toko yang di etalasenya memajang mp3 atau mp4,

Toko pertama :

“Mas, ini Rp. Xxx.xxx yah?”, gw mencoba menawar.

“Wah ga bisa, de”, si Mas menolak dengan segenap kemampuannya, bagaikan mp3 tsb hanya ada satu di dunia.

Gw terus nyoba nawar tapi si Mas tetep ga mau, akhirnya gw pergi aja.

Toko kedua :

“Mba, ini harganya berapa?”, sambil menunjuk salah satu mp3.

“Rp. Xxx.xxx !”, si Mba menjawab dengan singkat dan cepat. Judes amat ni orang bagaikan gw adalah penyebab putusnya dia ma pacarnya semasa SMA.

“Kalo yang ini, Mba?”

“Rp. Xxx.xxx !”

“ Yaudah Mba, saya liat-liat dulu ya”, gw langsung keluar dari toko tsb.

“Ngga ramah banget Nu tuh orang”, Rey ngomong, pas udah di luar.

“Iya”

Toko Ketiga :

“Mas, Lexxx sama Mdxxx lebih bagus mana?”

“Sama!”, si Mas menjawab dengan singkat tapi tidak begitu cepat (seperti menahan kencing).

“Ini harganya bisa turun ga mas?”

“Ngga!” (kencingnya udah mau keluar).

Walaupun si Mas ni agak judes, tapi akhirnya gw beli mp3 di toko tsb, karena jika dibandingkan dengan toko lain, harga mp3 tsb sudah sesuai dengan keinginan. TATARATATAA..

Sebenarnya dengan keramahan seorang penjual kepada sang pembeli, menjadi salah satu faktor yang mungkin dapat membuat pembeli tsb jadi membeli (walaupun ada faktor lain yang lebih menguatkan). Dengan sikap ramah dapat membuat sang pembeli merasa nyaman dan percaya pada penjual tsb (apalagi kalo Mba2 cantik..hee..). Ramah tidak hanya dapat diterapkan dalam kasus jual-beli, tapi bisa juga pada pergaulan kita sehari-hari.

Gw jadi teringat saat SMP, guru gw nulis, di buku gw, ‘Ibu tahu kamu berbeda saat pertama melihatmu, dan sekarang ibu yakin kamu berbeda, Tetaplah tersenyum pada dunia’. Gw ga ngerti ‘berbeda’ dalam tulisan tsb maksudnya apa, tapi gw ngutip kata2 terakhirnya

‘TETAPLAH TERSENYUM PADA DUNIA’

No comments: